Friday, February 28, 2020

Pemerkosaan Artis dan Model Indonesia

Pemerkosaan Artis dan Model Indonesia

Gw merupakan sebuah staff hotel berbintang di Jakarta, Sudah sepuluh tahun belakangan gw merantau di Jakarta, hanya dengan bermodalkan ijasah SMU gw memberanikan diri mengadu nasib disini, bekerja di hotel tidaklah mengecewakan. Walaupun hanya sebagai office boy, menyaksikan tingkah laku berbagai tamu domestik dan international sudah menjadi hal idnplay deposit pulsa 10000 biasa. Tetapi malam itu agak berbeda dari malam malam sebelumnya ! Ada tamu sangat spesial di hotel, Cindy merupakan artis terkenal yang gw idolakan sejak beberapa tahun belakangan ini.


Cindy sangat seksi sekali tingginya sekitar 178 cm dengan bobot yang ideal, membuat Cindy begitu seksi di layar kaca. Gw kira malam itu adalah mimpi karena melihat dengan mata kepala gw sendiri wanita idola gw ini. Cindy menginap dengan 2 kawannya di dua kamar kelas deluxe di lantai 4 hotel tempat saya bekerja. Namanya, Stephanie dan Fina. Stephanie orangnya kecil mungil. Namun memiliki buah dada yang indah, tidak besar, tidak juga terlalu kecil. Sepertinya, Stephanie yang berusia paling kecil di antara mereka semua. Mungkin baru menginjak 18 tahun. Dan satu lagi, teman mereka dari Jakarta bernama Wawan, dia yang sering mengantar mereka bertiga. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari.

Jessica, Stephanie dan Fina pulang diantar oleh Wawan dengan mobilnya. Sambil ketawa ketiwi, mereka bertiga turun dari mobil untuk memasuki lobby hotel. Dari suara tercium aroma minuman keras yang cukup menyengat. Nampaknya Cindy dan Finna mabuk berat. Sebagai satu-satunya office boy yang ada di lobby, gw pun bergegas menghampiri tamu-tamu istimewa hotel itu.“Serius ! Kamu bisa handle” Teriak sih Wawan dari mobilnya. “Tenang saja. gini-gini Stephanie bisa urus Mbak Cindy dan Mbak Fina kok. Wawan pulang aja, katanya orang rumah ada yang sakit. Aman. Tolong bantu saya papah teman-teman ke atas ya, Mas” Kata Stephanie sambil memerintahku untuk memapah Fina.Dengan sigap gw memapah Fina di tangan kananku.

Tangan kiriku membantu Stephanie yang sempoyongan menahan berat Cindy yang tidak sanggup dipikul oleh tubuh mungilnya. Tangan kiriku benar-benar membuat iri semua bagian tubuh yang lain. Kulit Cindy benar-benar halus. Mungkin karena sering perawatan, pikirku. Dalam kondisi memapah sering kali tanganku bersentuhan dengan susunya yang besar itu. Tentu saja, setiap sentuhan ini membuat adik jadi siaga satu. “ini kesempatan langka, gw harus mendapatkan tubuh idamanku ini..” Batinku. Kami memasukan Fina terlebih dahulu. Karena kamarnya paling dekat dengan pintu lift. setelah itu, gw dikelilingi dua wanita cantik ini berjalan menuju idnplay deposit 10000 kamar 418 yang ada di ujung lorong. Dalam kelebatam cahaya lampu lorong, Stephanie berjalan di depan kami berdua.


Tubuhnya yang mungil menawarkan sex appeal tersendiri. Sensual dalam mungilnya. Hmmm…. Cantik juga ABG ini, kata gw dalam hati sambil tangan kiriku mulai nakal meremas-remas susu Jessica. Kontol gw semakin lama semakin tegang karenanya. Cindy dan Sarah, gw menginginkan kalian berdua malam ini.“Oke, Saya bisa sendiri, Mas”. Kata Stephanie setelah membuka pintu kamar. “Ga apa-apa, Mbak.” Saya antar aja sampe ke dalam… “Kata gw berani mengingat situasi hotel yang sudah sepi. gw menerobos pintu kamar sambil mendorong Sarah. “Apa-apaan ini,Mas…” Bentak Sarah. “Eh… diam kamu. Atau saya kalap dan bunuh kalian berdua”. Ancamku sambil menutup pintu kamar, dan mengdanyangi kuncinya. “Mbak Stephanie duduk di sana !!!” Perintahku semakin berani setelah Stephanie menunjukkan ketakutan pada gw. Stephanie pun duduk di kursi yang ada dekat tempat tidur. gw pun meletakkan tubuh Cindy terlebih dahulu di kasur.

“Eeeeemmmm…” Cindy bereaksi ketika tubuhnya terhempas. susunya sempat terguncang. membuatku semakin terangsang. Tapi nanti dulu, sayang. gw ingin dipanaskan dulu oleh bibir mungil Sarah, pikirku sambil menelan air ludah. gw pun menghampiri Sarah. “Kamu masih mau hidup,bukan ?” Kata gw kepada Sarah. Diikuti anggukan pelan Sarah. “klo gitu ikuti perintahku… buka reslettingku dan elus kontol gw dengan lembut.” Stephanie menuruti. Terlihat masih canggung. Mungkin dia belum pernah melakukannya pada cowo lain. Kontol gw langsung menegang dengan elusan Sarah. Ukurannya yang 18 centi dengan diameter yang gede, membuat tangan mungil Stephanie tidak bisa menggenggamnya dengan utuh.“Aaaahhh… aaahhh… Kamu berbakat sekali, sayang. Sekarang kulum dia” Perintah gw lagi. Stephanie terdiam, sepertinya dia agak bingung. “Isep… atau kamu mampus.” Bentak gw membuyarkan kebingungannya. gw sodorkan kontol gw di bibirnya yang seksi. Dan Stephanie pun bekerja sesuai perintah gw. Mulutnya terbuka penuh menerima kontol gw yang sudah berdiri gagah.

Meskipun hanya 1/3 masuk tapi hangatnya mulut Stephanie membuat sensasi yang luar biasa. Gw pun menarik rambut kepalanya untuk maju mundur demi menambah kenikmatan langka ini. Sambil menangis, Stephanie melakukannya dengan baik untuk level pemula. Sesekali dia mau tersedak, ketika gw memaksakan untuk lebih masuk daftar idn poker apk idnplay lagi. Tangan gw yang satu lagi menyobek kaos tipis yang dikenakannya hingga memperlihatkan seluruh isi dadanya yang putih bersih ini.“Aaaccchhhhh…. hebat kamu cantik. Sudah cukup. Cukup. Sekarang, kamu liat baik-baik. Ini show hebat yang ga ada di sinetronmu.” Kata gw sambil mencabut kontol gw yang sudah siap tempur. gw beralih ke arah ranjang. gw buka resleting Cindy yang masih tidur dalam kondisi maboknya. Setelah gw pelorot jeans ketat itu, sempat gw tertegun melihat pemandangan di depan gw. Aiihh, Mak.

Seksi sekali paha punya artis ini. Tidak seperti pelacur yang biasa gw sambangi.Tangan gw beralih ke kaos putih ketat milik Jessica. gw angkat perlahan hingga lepas. Sempat gw cium dan gigit lehernya karena begitu gemas dengan keindahan luar biasa ini. Dan dengan buru-buru gw lepas bra milik Cindy hingga memperlihatkan gundukan indah milik artis gw idola gw ini. Sempat gw main-mainkan dua putingnya. Lalu ciuman turun ke perut dan terus turun ke bawah. Menuju liang kenikmatan artis tercantik di Indonesian ini.



“Aaaacchhhh… ” Cindy sempat mendesah sesaat setelah lidah gw mengaduk memeknya. Harum sekali memek artis ini. Membuat gairah gw semakin melambung tinggi. Setelah memeknya gw rasakan cukup basah. gw mengambil posisi tempur. Adik gw sudah menghunus dengan tidak sabarnya. Dua tangan gw memegang pinggul ramping Jessica. Dan pelan-pelan kontol gw yang sudah menempel di bibir memek ini bergerak menembusnya. Cindy sempat mengejang dengan penetrasi ini. Tapi pengaruh alkohol membuat dia tidak bisa keluar dari kondisi tidak sadarnya. “Tolong jangan….Mas,kasihan mbak Jessica..”Stephanie merengek di kursi tempatnya duduk sambil menutupi dua susunya yang sudah bebas menggantung.

“Eh…diam kamu. Liat aja. Masih rewel juga gw potong lehermu.” Bentak gw. Dengan tidak sabar gw hentakkan pantat gw hingga kontol perkasa gw meluncur menusuk semakin dalam. “Aaaaaahhh…hh…enak sekali punyamu Jessica. Akhirnya gw bisa mencicipimu.” Desah gw dengan napas terputus-putus. Memang Cindy ternyata sudah tidak perawan. Tapi nampaknya, siapa pun kontol yang pernah bekerja dengannya tidak sebesar milik gw. Sempat gw diamkan kontol gw yang sudah terbenam seluruhnya untuk merasakan pijatan erotis memek Jessica.

“Eeeemmm..mm..aaaah..”Cindy dalam pingsannya tampaknya juga masih merespon rangsangan dari genjotan gw yang mulai cepat. Peluh mengalir di tubuh gw menandakan ritme “pekerjaan” ini semakin cepat. gw merapatkan dada gw ke dada Jessica. Merasakan kenyalnya tetek artis ini menempel di dada gw. Bibir gw seolah tidak mau ketinggalan, terus mengulum bibir yang beraroma alkohol ini, lehernya yang jenjang. Tangan gw dengan gemas meremas kuat dua tetek Cindy bergantian. Tubuh Cindy berguncang-guncang di atas ranjang empuk menerima hujaman kontol gw yang semakin liar. teteknya naik turun menggemaskan. Sensasi yang luar biasa, aaaah…bejo-nya gw, gumam gw dalam hati. Remasan memek Cindy juga mulai terasa semakin kuat mencengkram.



Liangnya yang semakin basah, semakin membuat gerakan dan manuver kontol gw semakin lancar. “Aaaaah…Jessica- gw. Nikmat sekali.” gw menyerocos ga jelas karena kenikmatan luar biasa ini.Tangan gw mencengkram kasar pinggul Jessica. Pantat gw semakin bertenaga naik turun. Dan kemaluan gw yang besar sudah mulai berkedut-kedut menandakan orgasme sebentar lagi datang melanda. gw tanjapkan dalam-dalam semua batang kontol gw dalam liang kenikmatan Jessica, disertai semburan air mani yang luar biasa mengalir menambah sensasi sebuah orgasme. “Uuuuuuugggghhh….”Tubuh gw ambruk seiring melemasnya seluruh tubuh gw.

Kontol gw masih tertancap dengan semua kenikmatan yang baru saja didakinya. keringat gw meleleh membasahi seluruh badan Cindy yang masih terlelap dengan tak bersalahnya. “Aaaahhh…nikmat sekali. Kamu lihatkan, Sarah. Itu tadi seks yang fantastis,bukan?” Kata gw puas sambil melirik Stephanie yang duduk sambil menekuk dua lututnya menutupi susunya. gw tahu di sela pergumulan gw tadi, beberapa kali Stephanie tak tahan juga untuk melirik apa yang sedang terjadi.

Nafasnya terdengar terengah karena terangsang oleh apa yang dia lihat dan dengar. “Aaah…”gw mencabut kontol gw yang sudah mulai menciut dari memek Jessica. Menyisakan ceceran air mani yang mengalir di sela memek yang enak ini. Tubuh gw ambruk di samping idaman gw.

Thursday, February 27, 2020

Guru Anakku Yang Memuaskan Hasratku

Guru Anakku Yang Memuaskan Hasratku

Cerita dewasa kali ini menceritakan pengalaman seorang wanita cantik yang sudah menjanda. Ibu muda ini bernama ibu Cindy, dan ber anak satu yang masih duduk dibangku sekolah dasar. ekonominya hanya pas-pasan saja dan sayangnya IQ anaknya kurang tinggi. Sehingga ibu Cindy yang sudah tau kalau anakknya enggak bakalan naik kelas 2. karenanya bu Cindy mencoba mendekati kepala sekolahnya yang bernama pak Roy. Rupanya pak Martinmengerti akan maksud dari kedatangan bu Cindy tersebut. Dan untuk idn poker apk download menghindari kecurigaan para guru di sekolah maka pak Martinmenyuruh bu Cindy untuk bertemu dengannya di sebuah lobby hotel malam itu juga.


“Anak ibu bisa naik kelas dua tapi … ”

“Tapi apa pak?” tanyaku cepat-cepat.

Pak Martintak meneruskan ucapannya, dia hanya menatapku dengan tajam tanpa reaksi apapun.

“Berapa yang bapak minta?” tanyaku setelah beberapa lama kutunggu dia untuk melanjutkan ucapannya.

“Ibu tak mungkin dapat memenuhinya kalau saya ucapkan!” katanya dengan nada datar.

“Berapa lah pak, tolong anak saya” ucapku lirih dengan nada memelas

“Eee…… tiga juta!”

“Tiga juta!” kataku terkejut

“Iya tiga juta”

“Dari mana saya punya uang sebanyak itu, pak” kataku lagi yang masih terkejut.

“Bila tak punya uang sebesar itu masih bisa ibu usahakan dengan cara yang lain”

“Bagaimana caranya itu pak”

“Asal ibu tak keberatan pasti bisa”

“Iya tapi bagaimana pak!” tanyaku lagi.

Setelah lama pak Martinberpikir panjang lalu dia berkata ….. “Bagaimana kalau sebagai gantinya malam ini bu Cindy bermalamdi hotel bersama!” ucapnya pelan setengah berbisik ditelingaku.

“APA!???” desisku terkejut.

“Iya, bermalam bersama saya!” katanya lagi sambil tangannya melingkar dibahuku.

” Bagaimana? toh tak ada ruginya!” katanya lagi sambil merapatkan tubuhnya ketubuhku yang duduk disofa itu. Aku yang masih shock dengan apa yang barusan kudengar belum hilang.

Akhirnya setelah beberapa lama aku dirayunya dan dengan setengah hati kedua kakiku melangkah mengikutinya menuju mobil sedan pak Martinyang akan membawaku ke sebuah penginapan yang lain yang agak jauh.

Akhirnya kami sampai juga di sebuah penginapan dipinggir kota, jauh dari rumah untuk menghindari ketahuan dari kerabat maupun dari teman. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam saat tiba dikamar motel itu.

“Santai aja bu Nit…” katanya setelah mengunci pintu kamar itu sambil melangkah menggiringku ketepian ranjang. “… ayo duduk dulu, kita rileks sebentar….” ucapnya sambil memeluk pinggangku. Jantungku berdebar - debar rasanya karena canggung dan malu.

“Di kamar ini bu Cindy tak usah malu…” desisnya dekat telingaku sambil tangannya mulai bergerak kearah buah dadaku. “…

Uuuuu…. dada bu Cindy pasti indah sekali!” ucapnya ketika tangannya meraba-raba buah dadaku dari balik bajuku.

Dalam waktu yang cukup singkat, seluruh pakaianku sudah terlepas dari tubuhku tanpa sehelai benangpun dan dalam sekejap juga mas Martinmelepas pakaiannya sendiri tanpa malu-malu dihadapan mataku sambil matanya  memelototi tubuhku yang telanjang ini.

“Pokoknya buat saya puas!… pasti anak ibu naik kelas” bisiknya ditelingaku sambil tangannya mendorong tubuhku kebelakang hingga tubuhku merebah telentang dari pinggir ranjang.

Setelah itu kedua belah pahaku direnggangkan kekiri dan kekanan dan kemudian …….

“OUH……….”desahku, ketika saat itu kurasakan mulutnya mas Martinmulai menciumi dan melumati bibir kemaluanku. Jantungku hanya berdebar-debar kencang dan sekali-kali aku melingking dan merintih panjang menahan rasa geli yang menggelitik diseputar pangkal pahaku.

“SSSST……OUH….masss.. .” desisku berulang-ulang sambil memejamkan mata dan tangankupun mulai meremasi kepala mas Martinyang masih berada diseputar pangkal pahaku. Cukup lama mas Martinmempermainkan bagian kemaluanku, dari mulai aku hanya merasa terpaksa untuk melakukannya hingga sampai sampai diriku menjadi benar – benar terangsang sekali dibuatnya.

“Ouhhh…Ouhhhh…. masss…..” rintihku dengan nafas yang mendesah-desah menahan gejolak nafsu yang mulai timbul. Setelah melihatku yang amat sangat terangsang barulah dia mengambil posisi dengan menaikkan kedua belah pahaku sambil idn poker apk versi 2.1.0 mengarahkan penisnya yang sudah tegang sejak tadi. Beberapa kali penisnya gagal menembus pertahananku hingga akhirnya dia mengoleskan seluruh batang penisnya dengan baby oil.

“AAAAAA….!!!!!!!!!!!” Jeritku keras- keras. Menahan perih dan ngilu yang amat sangat diseputar pangkal pahaku. Kurasakan kepala penisnya menembus masuk kedalam lubang kemaluanku dengan ditekan secara perlahan-lahan hingga kepala penisnya tenggelam tak kelihatan lagi didalam lubang kemaluanku yang terbentang lebar.

Malam itu aku benar-benar dibuatnya melayang-layang tanpa henti. Dia benar-benar bagai kuda liar yang buas dan lincah. Setelah mengguncang tubuhku cukup hebat hingga mencapai titik klimaksnya dia mencumbu dan melubat bibirku sepuas-puasnya tak terkecuali dengan buah dadaku. Tubuhkupun penuh dengan tetesan lendir putih yang dikeluarkan dari ujung kepala penisnya itu.

Sudah empat babak rasaya Pak Martinmenggauli tubuhku tanpa lelah sedikitpun malam itu. Tiap-tiap babak aku hanya dapat meluangkan waktu barang satu batang rokok yang dihisapnya.

“Bagaimana bu Cindy! puas ngak?” tanyanya sambil menaruh puntung rokok yang tersisa ditangannya ke asbak yang diletakkan tak jauh dari sisi ranjang.

“Udah cukup ya mas …..!” balasku pelan, dengan nafas yang masih belum teratur.

“Ah belum dong!” katanya pelan sambil membelai-belai buah dadaku. “…kenapa?” katanya kembali, sambil jemari tangannya mulai nakal dengan memencet-mencet punting susuku dengan lembut.

“Udah perih, mas!…” kataku pelan.

“Perih?, ah nanti juga ilang sendiri kok! jangan takut. Lagian baru jam 1 pagi, kan tadi katanya mau menemani saya sampai pagi.” katanya lagi.

“Iya, tapi ….”

“Ssstt……..” tiba-tiba dia menempelkan jari telunjuknya kemulutku sebagai tanda supaya aku jangan protes, dan tetap melayani sampai dia puas benar. Akhirnya taklama kembali lagi tubuhku disetubuhi untuk yang kelima kalinya. Walau demikian akhirnya akupun turut terangsang dan menikmati setiap gerakannya hingga aku kembali mencapai klimaks yang entah keberapa kali saat itu.

“Bagaimana bu Nit? udah ngak sakit lagikan sekarang.!” Katanya dengan nafas yang masih memburu. Aku hanya terdiam saja dengan mata yang terpejam sambil menikmati rasa gejolak yang tersisa. Kurasakan bibirku dikecupnya beberapa kali.

Akhirnya selama hampir satu setengah tahun lamanya tubuhku menjadi tempat pelampiasan nafsunya sampai akhirnya dia di pindah tugaskan ke luar pulau. Tapi itu bukan dari akhir dari cerita, karena sebelum dia pergi, mas Martinmalah menyerahkan tubuhku kepada penggantinya yaitu pak Togar.

“Bu Cindy!, ini saya kenalkan dengan orang yang akan menggantikan kedudukan saya!” ucap pak Martinkepadaku.

“Oh ini yang namanya Bu Cindy!” ucap orang yang dikenalkan padaku.

“…saya Togar! pengganti pak Roy.” katanya sambil menjabat tanganku dengan mantap.

“Wah keliatanya habis tempur habis-habisan nih!” serunya sambil memandang kesudut ruang, matanya tertuju pada ranjang dikamar motel yang memang kami tempati sejak sabtu kemarin.

“Wah tau aja nih Bang Togar!” celetuk mas Martinsambil tertawa lebar yang diikuti oleh seyum bang Togar sendiri.

“Wah kalau begitu boleh dong saya cicip sebentar, sebagai perkenalan?” ucap Bang Togar tanpa malu-malu.

“Oh silahkan Bang, silahkan.” ucap mas Roy.

Aku hanya diam saja dan tak terkejut lagi karena sudah diberi tahu oleh mas Martinsebelumnya.

“Bu Cindy biar saya tinggal sekarang yah!, lagi pula saya sudah waktunya untuk berangkat kepelabuhan, biar nanti Bang Togar yang anterin pulang.” katanya sambil dia melangkahkan kakinya kepintu kamar.

“Pokoknya anak ibu pasti lulus terus deh dijamin” katanya padaku berbisik dan kemudian meninggalkan kami berdua setelah mengecup bibirku dan sempat-sempatnya meremas pantatku saat itu.

Setelah mas Martintak terlihat lagi oleh pandangan mata maka kamipun kembali lagi masuk kedalam kamar motel itu.

“Ahhh!” pekikku kaget ketika baru pintu kamar ditutup tiba-tiba tubuhku diangkat dan digendongnya………

…untungnya aku cepat menangkap pundaknya bang Togar yang berotot itu dengan lengan kananku sedangkan belakang kedua lututku diangkatnya dengan ringan seperti tanpa beban.

“Kita mandi bareng yuk mbak Nit!” ucapnya sambil memandang wajahku yang masih kuyup dan lesuh. Aku hanya diam saja hanya mataku saja yang memberikan syarat menginyakan. Sambil menggendong tubuhku, yang seperti anak kecil akan dimandikan, dia melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi lalu masuk kedalamnya dan tubuhku di turunkannya didalam bath up itu. “Biar saya yang buka dasternya” kata bang Togar yang bersuara berat itu sambil tangannya membuka kedua kancing dasterku lalu dia mengangkat dasterku mulai dari pinggulku keatas hingga kedua pahaku yang putih mulus itu terlihat oleh matanya, lalu diangkatnya lebih tinggi lagi hingga bibir kemaluanku terlihat dengan jelas olehnya karena memang aku semalam tak mengenakan pakaian dalam hanya dibalut oleh daster saja, itupun aku pakai sesaat sebelum seseorang yang bernama bang Togar itu datang kekamar motel yang aku tiduri bersama mas Roy.

“HHHmmmm…pantesan aja si Martinbetah sama mbak Cindy yang aduhai ini” celetuknya setelah dasterku telah lepas dari kulit tubuhku yang putih bersih dan padat ini.


“Sekarang mbak boleh telentang di bath up itu” katanya sambil tangannya yang terasa kasar itu menarik lenganku untuk rebahan di bath up. Kemudian dia menutup lubang bath up itu sambil menyalakan air yang mulai mengucur dengan derasnya mengisi bath up tersebut.

“Saya mau ambil shampo dan sabun dulu ya mbak” kata Bang Togar.

“Oh iya mas…eh..bang!” kataku dengan sedikit gugup karena sebetulnya aku bukan seorang pelacur yang sudah terbiasa menghadapi setiap macam lelaki, tatapi aku hanya seorang janda yang sebetulnya hanya terpaksa melayani lelaki seperti mas Martindulu demi menyelamatkan anakku supaya anakku dapat terus melanjutkan bangku sekolahnya.

Sementara bang Togar keluar kamar mandi untuk mengambil shampo dan sabun, aku hanya dapat melamun saja

membayangkan apa yang akan terjadi denganku sekarang ini, apakah sama dengan cara melayani mas Martinatau berbeda.

“Eh…kok ngelamun…. ngelamunin mas Martinyach!” tanya bang Togar yang sudah kembali masuk kedalam kamar mandi dengan membawa shampo dan sabun.

“Oh…enggak bang” kataku sekenanya.

“Sudah lama menjanda?” tanya bang

Togar sambil dia membuka kaosnya.

“Sudah empat tahun bang” jawabku sambil memandang dadanya yang bidang dan sedikit berbulu dengan kulit tubuhnya yang berwarna kecoklatan cukup kontras sekali dengan warna kulit tubuhku yang putih ini.

“Tapi sejak mengenal si Roy…Cindy ngak kesepian lagi dong!” tanya bang Togar mencomba untuk membuat suasana sedikit lebih santai.

“Ah…Bang Togar bisa ajah!” kataku dengan idn poker apk download versi terbaru mataku yang masih menatap tubuhnya yang besar dan kekar itu.

Kini aku sedikit terkejut dengan mataku sedikit membelalak melihat apa yang tak pernah kubayangkan sebelumnya sambil menelan ludah beberapa kali ketika mataku tertuju pada burung yang menggelantung saat dia melorotkan celana dalamnya sendiri. Bulu kudukku langsung berdiri dan merinding sekujur tubuhku takkala kulihat Batang penisnya yang panjang hampir sepanjang penggaris kecil berukuran kurang lebih 20 centi meteran…..

“Glek…..” aku terus menelan ludahku sendiri, belum lagi ketika mataku tertuju pada kepala burungnya yang bentuknya mirip seperti topi baja pasukan Jerman pada waktu perang dunia ke 2.

“Busyeeet…..ya…ammmmpunnnn n!!!” kataku dalam hati melihat kepala penisnya yang besar sebesar bakso bola tenis.

“Itu barang masih tidur, gima besarnya nanti kalo udah bangun….Hiiiiiii…” kataku lagi dalam hati dengan mataku yang masih memelototi bagian-bagian tubuhnya itu.

“Tuh bengong lagi….kenapa? udah kepingin yach” suara bang Togar yang keras dan berat itu mengejutkanku yang masih galau membayangkan apa yang akan terjadi.

“Ah…Abang” kataku pelan dengan muka sedikit memerah karena malu ketahuan sedang memelototi tubuhnya itu.

“Biar saya kramasin mbak Cindy yach!” ucap bang Togar sambil kakinya masuk menginjak bath up yang sudah mulai terisi air itu. Bang Togar akhirnya duduk dibibir bath up dekat tubuhku hingga dapat lebih jelas lagi kulihat batang penisnya yang besar itu.

Rambutku mulai diguyurnya dengan air yang keluar dari mulut selang pancuran itu. Bau shampo sunslik mulai menerpa hidungku. Kurasakan kepalaku mulai diremasinya dan sekali-kali menggaruk-garuk kulit kepalaku hingga busa shampo tersebut mulai menggunung dikepalaku, rambutku yang terurai dan panjang sebatas punggung juga diurut-urutnya.

“Aku suka rambutmu Nit…, rambutmu hitam dan halus” kata bang Togar setelah menyiram rambutku kembali menghilangkan busa-busa shampo yang masih melekat dirambutku.

“Ngomong-ngomong sudah lama hidup menjanda Nit?” tanya bang Togar, sambil dia beralih mengambil sabun cair .

“”Sudah lama bang…sudah 5 th!, kalau bang Togar masih punya istri?” jawabku sambil aku balas bertanya.

“Oh masih…masih..ada. Tapi istri saya ada di Sumatra sana, saya tinggal di jakarta sendiri saja.” jawab bang Togar, sambil tangannya mulai mengusap-usap punggungku dengan sabun cair.

“Zzzzz….” desisku lirih, takkala telapak tangannya yang kasar itu mulai menyentuh bagian pinggir dari buah dadaku. Kemudian tangannya mulai beralih kebagian depan tubuhku.

“Mbak Cindy…tolonging saya yach!”

“Tolongin apa bang” tanyaku

“Ya…sementara saya bersihin tubuh mbak Cindy, mbak Cindy tolong bersihin punya saya!” katanya sambil tangan kirinya memegang batang penisnya sendiri itu.

“Ayo…enggak usah malu-malu sama saya…..pegangya…pengang! ” katanya menyuruhku untuk memegangnya.

Walaupun sedikit ngeri melihat batang penisnya yang panjang itu akhirnya jari telunjuk dan jempolku mulai mengambil alih batang penisnya yang sedari tadi sudah dipegangnya sambil digoyang-goyangnya. Jantungku mulai berdetak lebih cepat ketika jariku sudah mulai menyentuhnya.

“Ayo dong disanyang” kata bang Togar sambil melihat wajahku, menyuruhku untuk mengelus-elus batang penisnya itu.

“….oh iya kenalin ini si Tohar” ucap bang Togar lagi sambil terseyum senang melihat tanganku yang mulai meraba-rabanya.

“Mbak Nit…dia masih bobo, coba kamu sun…dikit biar bangun!” kata bang Togar . Merinding jadinya mendengar ucapan bang Togar yang menyuruhku untuk mengecup ujung topi bajanya itu.

“Crrup……” suara bibirku terdengar nyaring saat mencium ujung topi bajanya.

“Yaaaa….Ammmpun….bener kan” desisku dalam hati, ketika tak berapa lama kemudian batang penisnya mulai terasa menegang diikuti dengan membengkaknya batang penis yang sedang kupegang hingga lama-kelamaan telapak tanganku yang tadinya dapat memegang 3/4 bagian dari batang penisnya kini telapak tanganku hanya sanggup memegang 1/2 bagian saja dan itupun diikuti dengan semakin memanjangnya batang penisnya, bahkan bila aku genggam dengan kedua telapak tanganku pun kepala topi bajanya masih menonjol dan batang penisnya masih telihat sekitar satu ruas jari.

Yang membuat nyaliku semakin ciut dan seluruh bulu kuduk ku berdiri ketika kepala topi bajanya yang tadinya masih sebesar bakso tenis sudah berubah menjadi satu setengah kalinya.

Sementara kedua tanganku masih terus mengelus dan meremas batang penisnya, bang Togar masih sibuk menyabuni bagian depan tubuhku, tangannya terus menggosok ke leherku lalu turun kebawah sedikit kearah dadaku lalu kembali turun lagi kebuah dadaku yang kenyal itu sambil telapak tangannya tak henti berputar-putar hingga sabun cair yang dipakainya berubah menjadi busa sabun dikulit buah dadaku. Lalu telapak tangannya turun lagi masuk kedalam air di bath up dan mulai menggosok-gosokkan bagian perut tubuhku.

Nafasku sedikit demi sedikit mulai tertahan takkala telapak tangannya semakin turun kebawah hingga tepat diatas bibir kemaluanku yang sudah tidak ada bulu-bulu hitam dan keriting karena dulu mas Martinselalu mencukur bulu-bulu yang menyelimuti daerah bibir kemaluanku hingga licin.

“Ouh….” desisku dengan sedikit tertahan saat kurasakan telapak tangannya mulai turun dan menyentuh bibir luar

kemaluanku.

“wow….tebel ya Nit…..” bisik bang Togar dekat telingaku, saat tangannya merasakan bagian luar bibir kemaluanku. “….Ini baru yang namanya dingin-dingin empuk” katanya lagi setelah sebelah lipatan bibir kemaluanku sedikit ditarik dan diremas dengan jemarinya.

“Mandinya udahan yuk!…. saya udah pusing nih!” seru bang Togar setelah puas membersihkan bagian lipatan bibir kemaluanku dengan sabun dan air. Setelah tubuhku disiram sekali lagi kemudian tangan kanannya melingkari belakang tengkuk leherku sedangkan tangan kirinya mengapit belakang dua lututku sambil menggangkat tubuhku dari air yang ada di bath up itu. Tubuhku kemudian dibawanya keluar kamar mandi dan kemudian tubuhku yang masih basah lansung ditelentangkan diatas ranjang motel yang empuk.

Kulihat bang Togar setelah meletakkan tubuhku dia mengaduk-aduk tas berukuran sedang dan berwarna hitam, entah apa yang dicarinya, Tapi aku hanya menanti sambil membanyangkan apa yang akan terjadi dengan diriku bila topi bajanya masuk kedalam tubuhku, sedangkan dengan benda yang besarnya seukuran mas Martinsaja aku sudah kewalahan bagaimana jadinya dengan benda yang melebihi dari ukuran yang selama ini ku rasakan.

“Oh…untuk apa tambang itu bang?” tanyaku ketika aku baru sadar kembali dari lamunanku.

“Tambang ini…..?” balas bang Togar sambil menunjukan tambang putih bersih kira- kira seukuran tali pramuka yang biasa dipakai anak-anak pramuka diwaktu kemping dan terlihat masih baru.

“Tambang ini ya jelas untuk ngiket, namanya aja juga tambang buat apa kalo enggak dipakai buat ngiket” katanya lagi sambil terseyum penuh gairah.

“Untuk iket apa bang?” tanyaku lagi karena tak mengetahui maksudnya.

“Udah… nanti aja saya kasih taunya, sekarang ayo duduk!” perintahnya sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku bangkit duduk diatas ranjang. Tanpa berbicara banyak bang Togar kemudian menaiki ranjang sambil membelakangi tubuhku.

Sesudah itu kurasakan tangan kananku ditarik kebelakang tubuhku dan kurasakan pergelangan tangan kananku dililitnya dengan tambang tersebut lalu kemudian pergelangan tangan kiri juga di lilitnya sehingga kedua tanganku hampir tak dapat bergerak lagi.

“Bang…untuk apa saya diikat bang!” tanyaku, dengan hati mulai resah dan takut.

Tapi bang Togar tetap tak bersuara, malahan pergelangan tangan kananku dirapatkan bagian sikut lengan kiriku begitu pula sebaliknya pergelangan tangan kiriku dirapatkan sikut lengan kananku dan kembali tambang yang panjang itu dililitkan beberapa kali lagi.

“Bang…jangan….sakit……! ” seruku mulai meronta karena takut, takut bila dia mau membunuhku. “….bang ampun … ampun…jangan bunuh saya” seruku lagi sambil memohon.

“Mbak Cindy…..mbak Cindy….. tenang- tengan…… siapa yang mau membunuhmu? tenang mbak Cindy…… saya tidak akan pernah membunuh mbak! …….,” ucap bang Togar sambil menggoyang kedua pundakku, wajahnya terlihat kaget juga dengan reaksiku tadi.

 “Saya hanya mau membawa mbak Cindy kedalam permainan yang baru” katanya lagi sambil mencoba terus menyakinkan diriku yang masih takut.

“Iya tapi mengapa musti mengikat kedua tangan saya bang?” tanyaku dengan wajah yang masih pucat.

“Saya ingin membawa mbak Cindy kedalam alam khayalan saya, pokoknya nanti mbak Cindy bisa merasakan perbedaannya.” ujar bang Togar sambil melanjutkan melilit tubuhku dengan tambang tersebut setelah berhasil menenangkan diriku yang tadi masih galau dan resah itu.

Kemudian bang Togar melilitkan tambangnya tepat diatas bagian buah dadaku dan melilitnya dua kali lalu kemudian melilitkannya kembali dua kali tapi tepat dibawah buah dadaku. Setelah itu pinggangku tambang tersebut hingga tak lepas lagi.

Setelah itu begitu juga dengan nasib paha dan pergelangan kaki kananku.“Mbak Cindy…sekarang saya rebahin dulunya” ujarnya sambil tangan kanannya mendorong tubuhku pelan-pelaln kebelakang hingga tubuhku kembali telentang.

Kemudian dia mengambil lagi seutas tambang yang ukurannya lebih pendek. Kurasakan tambang itu mulai menusuk masuk lipatan bagian belakang lututku yang kemudian diikatnya kuat-kuat lalu kurasakan bagian lipatan lututku ditariknya dengan tambang yang masih tersisa itu hingga renggang dan tambang tersebut ditambatnya di leherku begitupula denga sebelah lutut kiriku, sehingga pangkal pahaku menjadi semakin renggang dan luas.

“Nah bagaimana mbak Nit…., masih bisa goyang?” tanyanya setelah selesai mengikat sekujur tubuhku.

“Tidak…!” jawabku sambil mencoba menggoyang tubuhku sendiri seakan-akan ingin mencoba melepas tali temali tersebut.

“Ini yang disebut permainan seni sex ala Jepang kuno! dan ini masih digunakan loh di negeri asalnya!” kata bang Togar memjelaskan padaku.


“Bagaimana seninya bang, kalau enggak idnplay versi 2.1.0 terbaru bisa bergerak begini” tanyaku lagi penuh penasaran.

“Oh begini….seninya bukan masalah di soal gayanya tapi gairah yang dapat ditimbulkannya itu yang membuat lebih berbeda dari permainan yang biasa dilakukan orang.” Katanya menjelaskan padaku sambil dia menyalakan sebatang rokok marlboro.

“……sudahlah…pokoknya nanti mbak Cindy rasakan sendiri dasyatnya permainan ini” katanya lagi sambil dia mengambil seutas tambang lagi yang lebih pendek kira-kira panjangnya 1/2 meter. Sambil kulirik rupanya dia mengikatkan tambang tersebut pada tambang yang melilit pada lilitan tambang yang ada dibawah buah dadaku dan kemudian diikatkannya kembali pada lilitan tambang yang berada diatas buah dadaku hingga buah dadaku semakin mencuat karena terdesak oleh himpitan tambang-tambang tersebut.

“Nah yang ini namanya Off Mount!” ujar bang Togar lagi sambil menunjukkan sebuah benda berwarna hitam mirip bola golf besarnya namun berlubang-lubang dan salah satu lingkaran tersebut ada talinya terbuat dari karet.

“Coba sekarang buka mulutnya…saya mau masukkan Off Mount ini kedalam mulut mbak, supaya nanti kalau mbak Cindy mulai histeris biar enggak terlalu keras suara yang keluar…. coba AA…..” kata bang Togar kembali. Tanpa disuruh untuk yang ketiga kalinya kubuka bibir dan mulutku lebar-lebar agar Off Mount tersebut dapat masuk kedalam mulutku.

“OUFF…..” gunggamku ketika bola itu mulai dimasukkan kedalam mulutku. kurasakan bola tersebut juga dari karet karena saat tergigit oleh mulutku sedikit lentur. Setelah bola kecil tersebut masuk dalam mulutku kemudian tali yang menempel pada bola tersebut dililitkan kebelakan kepalaku hingga sekarang tak mungkin dapat lepas lagi dari dalam rongga mulutku.

“Hhhhh…hhhhhh….FFFff” suara desah nafasku yang keluar dari dalam mulutku. Setelah yakin bang Togar melihat tubuhku yang sudah tak berdaya ini barulah dia mulai meraba-raba tubuhku.

“Kamu terlihat sexy sekali mbak Cindy…” ujar bang Togar sambil tangan kirinya membelai belai rambutku yang masih basah sedangkan tangan kanannya mulai mengelus perutku lalu naik sedikit kearah buah dadaku yang membusung itu.

“EEEEM………” desah suara ku lagi, saat kurasakan telapak tangannya meremas buah dadaku yang padat berisi namun keyal itu. Kemudian kurasakan punting susuku yang mulai dipermainkannya dengan memuntir- muntirkannya dengan sekali-kali mencubit- cubit kecil sambil menarik-nariknya dengan perlahan.

Detak jantung dan gerak nafasku mulai tak teratur saat itu ditambah pula bibirnya bang Togar mulai mencium, menjilat dan mencubit-cubit kecil dengan giginya diseputar telinga dan leherku yang jenjang.

“Bagaimana rasanya saat kau tak berkutik seperti ini Nit…!” suaranya cukup lirih sekali didekat telingaku hampir tak terdengar.

” …… saya akan membuatmu sampai pingsan kenikmatan Nit…..” ucapnya lagi, lalu …..

“EMMMMMM…!” pekikku tiba-tiba ketika tanpa kuduga sebelumnya, kurasakan telapak tangan kanannya meremas dengan keras dibibir kemaluanku yang sudah terbentang bebas sejak tadi. Aku hanya mampu menggeram – geram kesakitan bercampur geli diseputar pangkal pahaku, terlebih lagi saat jemarinya mulai mencubit- cubit dan menyentil-nyentil bagian clitorisku yang paling vital itu sampai-sampai aku memejapkan mata dengan muka mengkerut menahan geli dan ngilu seperti terkena strum setiap kali jemarinya mencubit dan menyentil clitorisku itu. Sangkin tak tahannya kepalakupun bergerak kekiri dan kekanan bagaikan ikan yang terhempas kedarat.

Bang Togar semakin senang dan semakin nakal saja saat melihat tubuhku yang tak berkutik ini menggelinjang-gelinjang apa lagi saat melihatku yang sedang memberi isyarat padanya untuk menghentikan memainkan bagian klitoris dan lubang aplikasi idnplay poker apk versi 2.1.0  vaginaku, dia malah semakin menjadi-jadi dengan lebih keras dan lebih cepat lagi mencubit, menyentil dan mencocok-cocokkan jemari tangannya kedalam liang vaginaku.

Jujur saja walaupun diriku masih takut dan sakit karena ikatan tambang namun ada perasaan nikmat yang lain dari biasanya, sepertinya semakin aku tak dapat melawan dan pasrah sepasrah-pasrahnya malah membuat hasrat birahiku mulai meletup-letup tak terkendali.

Mungkin hampir 15 menit lamanya dia mempermainkan bibir kemaluanku dengan tangannya hingga puas, kupikir setelah dia melepas tangannya yang nakal itu dia bakal mulai menyutubuhiku yang sudah mulai terangsang berat. Tapi ternyata bang Togar malah kembali mengaduk-aduk tas hitamnya dan mengeluarkan sebuah benda berwarna coklat dengan pangkalnya ada kabel kecil.

“Cindy… ini dildo namanya, mirip yah seperti beneran!” ucap bang Togar sambil memperlihatkan benda tersebut. Memang kulihat sepintas mirip dengan penis seorang pria yang sedang berdiri tegap, warnanya coklat muda.

“Nah biar mbak Nit bisa liat saya bantal dikepala yach!” katanya sambil dia mengangkat kepalaku lalu menyusupkan dua bantal yang ada diatas ranjang itu dibawah kepalaku hingga sekarang mataku dapat melihat kedua kakiku yang terbentang lebar itu. Setelah itu kulihat dildo yang dipegangnya sudah dibawanya dan didekatkan tepat dimuka lipatan bibir kemaluanku.

“EEEMMMMMM…” geramku lagi mulai takut, jantungku semakin berdetup kencang saat kulihat Penis-Penisan itu mulai menempel pada belahan lipatan bibir kemaluanku, “EEEEMMMMM” geramku lagi saat kurasakan ujung dildo itu mulai didorong dan ditekannya kedalam mulut vaginaku.

“Bagaimana rasanya mbak Nit… nikmatkan…nikmatkan….. sabar … sabar … sedikit lagi ya sayang!” ujarnya sambil terus menekankan mainan itu.

“EEEMMMMMM…” geramku berulang-ulang dengan tubuh mulai mengejang kaku menahan rasa ngilu dan perih juga geli saat dia terus mendorong dan menekan walaupun secara pelan namun terus menyusrup makin dalam dan semakin dalam lagi hingga lama-lama kulihat batang penis-penisan tersebut hampir tenggelap didalam liang vaginaku.

Setelah itu kulihat bang Togar mengambil semuah tali tambang lagi dan mengikatkan ujung batang dildo itu kuat-kuat kemudian sisa untaiannya diikatkan melingkar pada pinggul dan pinggangku.

“EEEMMMM…..OOOOOOO…” suara desah rintih yang keluar dari dalam mulutku semakin keras saja takkala kurasakan didalam lubang vaginaku benda tersebut mulai bergerak-gerak seperti ular yang sedang menggali lorong tanah. Sesekali kurasakan juga ada getaran-getaran kecil yang keluar dari dalam mainan dildo itu.

Hasrat birahiku semakin menjadi-jadi dan meluap-luap tak terkendali lagi olehku, sebenarnya aku sudah ingin cepat-cepat dia menancapkan pusakanya yang gede itu tapi aku tak dapat bicara dengan mulut yang tersumpal benda yang bernama off mounth itu sedangkan untuk bergerak saja aku tak mampu untuk berkutik lagi didalam ikatannya yang kuat itu. Walau ada perasaan menyesal dan kesal mengapa aku menurut saja untuk diikat hingga aku tak dapat berbuat apa-apa namun disisi lain gejolak nafsuku malah melonjak-lonjak dan ada perasaan aku turut menyukai permainan ini.

“Nit…Nit… saya tinggal sebentar aja! saya mau beli rokok dulu, enggak lama kok, paling – paling 5 menit lamanya” ujarnya membangunkan pikiranku yang sudah sejak tadi melayang-layang diudara.

“Nikmati saja mainan yang ada didalam situ…” ucapnya lagi sambil bang Togar mengecup keningku lalu dia mengenakan pakainanya lagi dan lalu keluar dari dalam kamar motel ini meniggalkan tubuhku yang terikat dengan dildo yang sedang bergerak-gerak lincah didalam lubang vaginaku.

Didalam kesunyian kamar motel ini pikiranku kembali lagi melayang-layang menikmati gerakan dildo yang tanpa henti itu.

“Kreeek”…terdengar pintu terbuka,

“EEEMMMM” gunggamku dengan terkejut setengah mati ketika kulihat ternyata yang masuk bukan lagi bang Togar melainkan dua orang lagi yang rupanya mereka adalah room service dari motel tersebut.

Kulihat kedua orang itupun juga terkejutnya, namun tak lama kemudian salah satunya cepat-cepat menutup pintu kembali. Sementara aku masih terkejut kulihat kedua laki-laki itu mulai mendekatiku bahkan memandangi seluruh tubuhku yang tanpa daya ini.

“Tante…tante kenapa?” tanya seorang dari mereka.

Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala saja saat itu sambil terus menggeram-geram ketakutan.

“Tante diperkosa ya, sama laki-laki tadi” ucap yang satunya lagi.

“EEEMMMM..” geramku lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala. Diriku mulai takut dan malu saat itu.

“Yang tadi keluar itu suami tante!?” tanyanya lagi.

Aku langsung saja mengangguk-angguk dengan cepat supanya mereka cepat-cepat keluar dari kamar ini.

“Kalau yang tadi suaminya, kenapa istrinya diiket sampe begini Dul” tanya temannya kepada orang yang rupanya

bernama Dul itu.

“Wah kalau gitu ini sich namanya belom kerja udah dikasih daging segar Coi” celetuk orang yang bernama Dul pada temannya yang bernama Coi itu.

“Udah kita sikat langsung! mumpung lakinya lagi pergi” seru Dul pada temannya. Tubuhku yang terikat tanpa daya langsung saja diserbunya. Tangan-tangan mereka langsung menggerayangi pangkal pahaku, buah dadaku serta puting susuku.

Walaupun aku tak berdaya namun aku tetap mencoba meronta dari mereka. Tapi nasi sudah menjadi bubur, mereka tetap saja menggeranyangi tubuhku sambil mengecup-ngecup buah dadaku, puting susuku, clitorisku, serta terus meremas-remas seluruh bagian tubuhku dengan penuh nafsu….

Aku yang terus menerus diserang habis-habisan oleh mereka berdua lama-lama jadi menikmatinya pula setiap rabaan dan kecupan-kecupan mulutnya, entah berapa lama kedua room service itu melahap-lahap tubuhku.

Sedang asyik-asyiknya aku menikmati rabaan dan hisapan-hisapan serta jilatan-jilatan lidah mereka tiba-tiba saja mereka menghentikan perbuatannya dan ……

“Coi…..cepet kabur….Lakinya udah pulang tuh…. ayo cepet” suara orang yang bernama Dul menyuruh temannya untuk menghentikan lahapannya sambil cepat-cepat bergegas keluar dari kamar ini. Sementara nafasku yang tadi sudah memburu kembali mulai tenang dan tak berapa lama pintu kamar terbuka kembali dan kulihat sesosok yang sudah kukenal untung lah dia si bang Togar sudah kembali lagi.

“Bagaimana Nit rasanya….enakkan…”tanya bang Togar sambil duduk dibibir ranjang,

“….. tuh kan udah basah ranjangnya”ucapnya lagi setelah melihat bagian bawah kemaluanku yang sudah mengeluarkan lendir dan membasahi sprei ranjang yang kutiduri ini.

Setelah puas memandangi tubuhku yang meliuk-liuk sendiri dan menggeram-geram sendiri akhirnya dia melepas dildo tersebut dan kemudian dia mulai menggantikan posisi dildo itu dengan si burung rajawali yang besar itu.

Bang Togar mulai berlutut tepat didepan pangkal pahaku lalu sambil mengangkat sedikit pinggulku, Penisnya mulai diarahkan tepat ditengah-tengah bibir kemaluanku yang sudah terbuka lebar.

“EEEEMMMM…EMMMM….” teriakku keras-keras merasakan kepala penisnya yang menusuk masuk kedalam pangkal pahaku itu. Selanjutnya dia terus mulai menusuk-nusukkan dengan cepat dan gerakannya semakin cepat dan sekali-kali dihentakkannya kuat-kuat didalam lubang vaginaku hingga aku kembali menjerit kuat-kuat tak tertahannkan. Cukup lumanyan lama dia mengocok-ngocokkan penisnya didalam kemaluanku, aku sendiri sudah dua kali mencapai klimaksnya namun dia tak kunjung tiba hingga pada puncak klimaks ku yang untuk ketiga kalinya dia baru mengeluarkan batang penisnya dari dalam kemaluanku yang sudah semakin panas itu dan kemudian sambil tangannya memegang penisnya sendiri bang Togar melepas off mount dari mulutku namun belum sempat aku menarik nafas lebih banyak lagi lewat mulutku, kepala penisnya yang luar biasa besarnya itu langsung dilolohkan kedalam mulutku hingga….

“OUFFFF…..MMMM…. ” gunggamku dengan mulut yang menganga lebar. Mulutku yang masih penuh dengan lendir ludahku sendiri langsung muncrat keluar dari selah selah batang penisnya yang main nyelonong masuk kedalam mulutku.

“EM……GLK……KKK…” tiba-tiba saja kurasakan kerongkokangan kena semprotan air maninya.

“UUUUUUU……H..ZZZ….” suara bang Togar mengerang sambil memejamkan mata. Akhirnya bang Togar langsung ambruk disisi kananku sambil menikmati sisa klimaksnya sendiri.

“Bagaimana Nit….kamu suka dan puas dengan permainan tadi?” ucap bang Togar setelah beberapa menit lamanya dalam keheningan dan dinginnya ruang kamar motel tersebut.

“Puas ….!” kataku pelan dengan nafas yang masih lemah.

“Sayang waktu berjalan cepat amat cepat sekali sayang…,” katanya sambil membelai rambutku yang sudah acak-acakan dengan penuh rasa kepuasan. “…sekarang sudah sore, lebih baik kita sudahan dulu, sabtu depan kita ulangi lagi! maukan?” ujarnya lagi.

“Terserah bang Togar saja, yang penting anak saya selalu dibantu dalam kenaikan kelasnya!” kataku mengingatkan dia.

” oh tentu…tentu, yang pentingkan ibunya, kalau ibunya nurut anaknya pasti lulus terus.” ucapnya lagi sambil mencium bibirku dan tangannya meremas pantatku sekali lagi sebelum kami berdua meninggalkan motel itu.

Supirku Nino Yang Membuat ku Klimaks

Supirku Nino Yang Membuat ku Klimaks

Namaku Melly, umurku sudah 24 tahun. Waktu menikah umurku masih 20 tahun dan sekarang Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang. Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri seperti Pokervit. 

Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah.Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku. Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran.Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. 
Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya. Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. 


Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada. Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku.Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. 

Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.


Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup. “Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.

Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku. “Nino.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot. “silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku. Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari. Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. 

Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya.Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku. “Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar. “Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet. “Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang. Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.

Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya.Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi. “Nino.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis. Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. 

Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk.

Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku. “Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku. “Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu. “Tapi saya majikan kamu Ben..” kataku mencoba mengingatkan. “Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan. “Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku. “Tapi malam ini Bu Melly harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku deposit poker pulsa tanpa potongan merinding dan geli. Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang.Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. 

Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu. “Nino.. jangan Ben.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya. Namun Nino, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku. “Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.

Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku. “Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku. Tangan Mas Nino terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing. “Ouh.. Melly.. wajahmu cukup merangsang sekali Melly..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. 

Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah. “Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Nino melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku.Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. 


Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu. “Nino.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya.Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya. “Ouh.. Ben..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri. 

“Sabar Win.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya. Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Nino lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu. “Bu Melly.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah.

“Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku. “Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..” “Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya. Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku.Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. 

Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, “Ouhh..” Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku. “Sialan kamu Ben!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram. Cerita BokepSetelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali. 
“Kamu gila Ben, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku. “Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal. “Tenang Bu Melly.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Melly.” ucapnya dengan tenang. “Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus. “Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Melly enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi. 
“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ben..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya. “Bagaimana Bu Melly..?Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ben..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas. “Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku. Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali. “Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi.


“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Nino!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku. “Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku. Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding. Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu.

Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Nino supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas. Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil.Lalu diambilnya sabun Lux cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya. 

Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku. “Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.

Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun Lux cair itu menjadi semakin berbusa. Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan daftar idn poker apk tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu. “Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. 

Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan.Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi. Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. 


Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang. “Biar saya yang suapin Bu Melly yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya. “Kamu yang masak Ben!” tanyaku ingin tahu. “Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si neri kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku. “Ayo dicicipi!” katanya lagi. Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.Bolehkan saya memanggil Bu Melly dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue. 

“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku. “Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Melly, berarti Bu Melly eh.. salah maksudnya Mbak Melly, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta. “Terserah kamu saja ” kataku. “Sudah nggak capai lagi kan Mbak Melly!” sahut supirku.“Memang kenapa!?” tanyaku. “Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali. Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati. Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.